Melalui perjalanan panjang, sampailah dia ke rumah sang pertapa dan segera bertanya, “Paman petapa yang bijak, tolong berikan pencerahan padaku, bagaimana aku bisa menjadi bahagia?”
“Kamu ingin bahagia? Baik. Cobalah duduk di bawah pohon itu dan bernapaslah!” kata sang petapa dengan tegas.
“Lalu apa yang harus kulakukan saat duduk dan bernapas?” tanya si pemuda.
“Tidak ada. Cukup duduk dan perhatikan napasmu dengan baik, sadari setiap saat bahwa kamu sedang hidup dan bernapas,” tandas sang pertapa. Walaupun ada keraguan, si pemuda mencoba melakukan apa yang diminta petapa, duduk di bawah pohon rindang dan bernapas.
Hari demi hari pun berlalu. Setelah 3 hari, si pemuda akhirnya tak tahan dan menghadap ke pertapa. “Paman, saya sudah duduk dan mengamati napas selama 3 hari ini tanpa tahu apa maksudnya. Apakah Anda lupa saya datang ke sini untuk mendapatkan rahasia kebahagiaan darimu? Tapi yang saya dapat hanya duduk dan bernapas. Ini hanya buang-buang waktu saja.”
Petapa tersenyum dan berkata, “Jujur, sebenarnya paman tidak bisa mengajarimu untuk meraih kebahagiaan.”
Si pemuda dengan jengkel bertanya, “Kenapa tidak bisa?”
“Karena paman tidak bisa membantumu menemukan apa yang sudah kamu miliki,” kata petapa. “Coba jawab apa yang sudah kamu lakukan selama 5 hari ini?”
Pemuda itu menjawab, “Duduk dan bernapas.”
“Apakah ada yang mengajarimu cara bernapas?” tanya petapa.
“Tentu saja tidak,” balas pemuda itu. “Bernapas tak perlu diajarkan. Semua orang yang masih hidup bisa melakukannya sendiri.”
“Nah, bahagia sama seperti bernapas, tidak perlu diajarkan, tapi hanya perlu dibiasakan dengan landasan cara berpikir yang benar dan bijak.”
Si pemuda mengernyitkan kening berusaha mencerna.
Sang petapa pun melanjutkan, “Kebahagiaan itu ada di rasa bersyukur karena kita hidup dan bernapas. Dan bukankah kita semua sudah memilikinya sejak kecil? Hanya saja, setelah dewasa, kita membiarkan dunia luar menentukan apakah kita itu bahagia atau tidak. Ketika orang lain mengungkapkan kesalahanmu, kamu tidak bahagia. Ketika sesuatu mengecewakanmu atau tidak sesuai dengan seleramu, kamu tidak bahagia. Ketika seseorang tidak peduli denganmu, kamu tidak bahagia. Dan banyak lagi hal lain yang membuat kamu tidak bahagia. Jadi, selama ini kamu telah menyerahkan kunci kebahagiaan ke dunia luar. Makanya dunia luar terlihat seperti mempermainkan kamu.”
Netter yang Luar Biasa,
Ketika terjadi sesuatu yang buruk, apakah kita akan berhenti bernapas? Tentu tidak. Begitu pula dengan kebahagiaan. Ketika terjadi sesuatu yang buruk, kita takkan berhenti untuk menjadi orang yang bahagia jika kita tidak membiarkan itu terjadi. Karena bahagia sesungguhnya ada di rasa syukur yang mampu dipertahankan karena kita masih diberi kesempatan bernapas, hidup. Dan menikmati setiap naik turunnya gelombang kehidupan.
Mari selalu mensyukuri apa yang telah kita punya, agar kita senantiasa damai dan berbahagia.
Salam sukses luar biasa!
Sumber
0 comments:
Post a Comment