Dikisahkan, ada seorang mandor dari perusahaan kontraktor
bangunan menghadap kepada pimpinannya. Dia mengajukan pengunduran diri
karena merasa dirinya sudah tua dan telah lebih dari 30 tahun mengabdi.
Setelah mendengar maksud kedatangannya,
sang pimpinan berkata, “Yah, dengan berat hati kami akan melepas Pak
Mandor. Perusahaan ini sebenarnya masih membutuhkan tenaga dan
pengalaman Bapak. Sebab, Anda adalah salah satu pekerja terbaik yang
dimiliki oleh perusahaan ini. Tetapi, ada satu permintaan saya, sebelum
Pak Mandor pensiun dan pergi dari sini, kami minta Bapak membuat dan
menyelesaikan satu unit rumah pesanan lagi.”
Demi meninggalkan kesan baik dan
mengabulkan permintaan pimpinan yang terakhir itu, mandor itu tidak
keberatan mengerjakannya. Keesokan harinya, dia mulai bekerja seperti
biasa, untuk rumah terakhir yang harus diselesaikan. Hanya saja, ada
yang berbeda kali ini. Dia bekerja tidak segiat sebelumnya. Dia tidak
seteliti seperti dulu ketika memilih berbagai bahan-bahan bangunan dan
alat-alat yang akan digunakan. Dia tidak sepeduli dulu dalam menjaga
kualitas rumah yang sedang dibangun. Maka tidak mengherankan apabila
pesanan rumah itu akhirnya dapat diselesaikannya dalam waktu yang
relatif singkat dan lebih cepat daripada biasanya, meski dengan kualitas
seadanya.
Kemudian dengan penuh semangat, si
mandor menemui pimpinannya untuk memberi laporan dan menyerahkan
kunci-kunci rumah beserta detail kelengkapannya. Sang pimpinan menerima
kunci rumah itu lalu berkata, “Terima kasih Pak Mandor, kami harus
merelakan Bapak berhenti bekerja di perusahaan ini. Apapun yang telah
Bapak abdikan selama ini rasanya tidak dapat kami hargai dengan materi.
Sebagai tanda terima kasih, saya selaku pribadi dan mewakili perusahaan
tidak dapat memberikan apa-apa, kecuali ini.” Seraya mengucapkan itu,
sang pimpinan menyerahkan kembali kunci rumah itu kepada mandornya.
“Terimalah rumah ini sebagai hadiah dari perusahaan untuk Bapak beserta
keluarga Bapak.”
Pak mandor terdiam, tertunduk malu dan
kecewa. “Terima kasih, Pak, Saya atas nama keluarga sangat menghargai
pemberian rumah dari perusahaan tempat saya menghabiskan masa kerja.
Sesungguhnya saya merasa malu dan kecewa dengan diri saya sendiri,
karena rumah pesanan terakhir yang baru saja saya selesaikan, tidak saya
kerjakan dengan sebaik-baiknya. Dan ternyata, justru rumah itulah yang
diberikan kepada saya dan akan menjadi rumah milik saya satu-satunya.”
Netter yang LuarBiasa,
Bekerja sebenarnya bukan untuk
kepentingan perusahaan. Bekerja sejatinya adalah untuk kenikmatan diri
kita sendiri. Selama kita menikmati apa yang kita kerjakan dan melakukan
segala sesuatu dengan tanggung jawab dan sepenuh hati, maka apapun
hasil yang kita dapat, akan mendatangkan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Begitu juga sebaliknya, jika kita bekerja tidak dengan sepenuh hati,
maka, penderitaanlah yang justru akan kita peroleh. Seperti tercermin
pada cerita tadi, penyesalan akan datang setelah semua terjadi.
Karena itu, jadikan setiap pekerjaan dan
tanggung jawab yang diberikan bukan sebagai beban, tapi, tantangan yang
harus ditaklukkan dengan keteguhan dan kesungguhan hati, demi sukses
yang ingin kita raih. Jadikan pekerjaan sebagai medan pertempuran yang
harus kita perjuangkan dengan sepenuh hati untuk meraih kemenangan yang
sesungguhnya. Sehingga, meski itu adalah pertempuran yang terakhir, kita
akan tetap bersemangat dan berjuang sekuat tenaga guna meraih hasil
yang terbaik.
Yakinlah, hasil maksimal akan kita
terima jika kita selalu bersungguh-sungguh menunaikan tugas dan tanggung
jawab kita. Kenaikan gaji, kehormatan, pengakuan dari orang lain, uang
melimpah, kedudukan tinggi, dan semua bentuk kesuksesan lainnya adalah
hadiah dari perjuangan kita sendiri. Tapi, lebih dari semua itu, jika
kita selalu mengerjakan semua tugas dengan ketulusan hati dan kecintaan
yang mendalam pada pekerjaan itu, hadiah yang nilainya jauh lebih
berharga dari materi akan kita dapat, yakni kepuasan batin yang sejati.
Cintai pekerjaan dengan sepenuh hati.
Persembahkan hasil yang terbaik dari setiap tugas yang diberikan. Kita
nikmati setiap proses kerja dengan hati bahagia, maka kita akan
merasakan semua itu bukan sebagai beban, tapi sebagai kesenangan dan
kegembiraan. Tetap semangat dan ukir prestasi!!
Salam sukses Luar Biasa!!
Sumber : klik disini
Sunday, 27 April 2014
Home »
Kisah Motivasi
» Kisah Motivasi : Rumah Pesanan Terakhir
0 comments:
Post a Comment